"Habis hutan kami dimusnahkan, habis laut kami dicemari, habis udara bersih untuk kami hirup. kini sungai dan danau kami pun mulai dilenyapkan."
sebuah kalimat yang penuh emosi namun penuh kepasrahan keluar dari mulut seorang warga di Pedalaman Kalimantan Tengah yang kebetulan gubuk berdindingkan kulit kayu miliknya saya singgahi untuk berteduh siang itu.
gubuk sederhana itu didalamnya terdapat 2
orang anak laki-laki berumur sekitar 5 dan 9 tahun dan seorang ibu yang sedang menggendong bayi perempuan mungil berumur sekitar 8 atau 10 bulan.
siang itu saya merasa suasananya sediklit tegang, mungkin karena kedatangan saya yang tiba-tiba dan mebawa sebuah kamera serta tas punggung yang cukup besar, walau isinya hanya pakaian dan perlengkapan lainya. si tuan rumah itu terlihat heran dan penuh tanda tanya melihat kedatangan saya ini. namun setelah saya jelaskan bahwa kedatangan saya adalah untuk mengambil
gambar suasana di sekitar perkebunan kelapa sawit untuk keperluan pembuatan film dokumenter, sang bapak mulai sedikit welcome terhadap saya, walau tatapannya masih terlihat penuh curiga kepada saya.
untuk mencairkan suasana saya menawarkan rokok kepada si bapak, namu dia menolaknya dan mengambil roko kretek milknya dan menyalakan 1 batang, begitu juga saya. Sambil menghisap rokok si bapak bertanya kepada saya, " ade ini orang perusahaan ya? ( perusahaan sawit maksudnya) survey lokasi ya?" sekali lagi
saya menjelaskan maksud keberadaan saya di wilayah ini kepada si bapak, bahwa saya bukanlah orang perusahaan sawit, juga bukan sedang survey lokasi perkebunan, saya menjelas kan bahwa saya sedang mengerjakan sebuah film tentang dampak perkebunan sawit terhadap masyarakat lokal, dan kebetulan mampir untuk berteduh di rumah ini dan bla..bla..
Kemudian setelah berbincang cukup lama, barulah saya mengetahui kalau si bapak ini adalah seorang pencari ikan. dulunya dia adalah seorang buruh di perusahaan kayu. dia
menceritakan bagaimana sulitnya dia kini mencari ikan, karena tempat untuk mencari ikannya sudah banyak yang musnah karena di tanami sawit. dia dan keluarga saat ini sangat menggantungkan hidupnya dari hasil tangkapan ikan.
Si bapak juga mengantarkan saya ke lokasi-lokasi yang dulunya adalah lokasi penangkapan ikan favoritnya, karena jumlah ikannya berlimpah dan tak habis-habis walau setiap hari dia berhasil menangkap puluhan kilogram ikan sejenis haruan ( gabus ) disana. namun dia minta saya untuk
mengabadikan beberapa rawa-rawa, sungai dan danau-danau kecil yang kini sudah ditutup oleh tanaman kelapa sawit milik Perusahan kelapa sawit.
benar saja, sampai dilokasi saya hanya bisa menahan miris melihat hamparan tanaman kelapa sawit sejauh mata memandang, dan beberapa anak-anak sungai yang hampir hilang, dan sebuah danau yang ditanami sawit sampai ketengahnya.
sungguh memang, Investasi Perkebunan Kelapa sawit di Kalimantan Tengah sangat tidak mengutamakan kepentingan ekologi dan masyarakat sekitar.
kini menjadi tugas saya untuk segera menceritakan melalui sebuah
film tentang kondisi masyarakat dan lingkungan di sekitar kawasan Perkebunan kelapa Sawit yang ada di Kalimantan Tengah. Semoga Tuhan selalu meberikan kekuatan kepada saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar