16 Okt 2022

Mimpi dan Relita Food Estate Kalteng

Catatan Maret 2021 : Soal FOOD Estate Kalimantan Tengah. Program ambisius Pemerintah melalui Program Strategis Nasional PSN FOOD ESTATE (PSN-FE) di Provinsi kalimantan Tengah telah sejak awal mendapat banyak peringatan dari berbagai penggiat lingkungan hidup di Provinsi ini, warning itu bukan tanpa dasar, Provinsi ini pernah mengalami kegagalan pada program serupa.

Hamparan sawah di desa Belanti siam Kab. Pulang Pisau, dikembangkan sejak talun 1980 an.. 
kini sekitar 30.000 ha sawah diwilayah ini dijadikan lokasi intensifikasi PSN-Food Estate oleh Pemerintah. Doc. Save Our Borneo

Program Pengembangan Lahan gambut 1 Juta Hektar (faktanya lebih dari 1,4 juta ha) atau lebih kita kenal dengan Mega Proyek PLG sejuta hektar. Proyek PLG sejuta hektar ini dilaksanakan atas dasar keputusan Presiden Nomor 82 Tahun 1995 tentang Pengembangan Lahan Gambut untuk Pertanian Tanaman Pangan di Kalimantan Tengah, awalnya bertujuan untuk mengonversi hutan dan rawa gambut menjadi sawah guna mempertahankan swasembada pangan.
Walhasil, bukannya swasembada pangan yang didapat justru provinsi Kalteng sejak saat itu mengalami "Swasembada bencana", hilangnya tutupan hutan rawa gambut secara massive telah menyebabkan kawasan-kawasan gambut menjadi kritis, terdegradasi dan rentan terhadap bencana, banjir disaat musim penghujan dan bencana kabut asap akibat kebakaran lahan saat musim kemarau, dan itu menimbulkan trauma hingga kini.
Kembali pada PSN-FE ini, kami menemukan banyak petani yang mengalami gagal panen. Kebanyakan dari mereka mengaku megalami kerugian karena hasil panen yang defisit. Biasanya, menurut petani, dalam satu hektar hasil panen mencapai 3-4 ton. Hasil ini, sudah dikategorikan bagus atau berhasil. Sayangnya, setelah mengikuti program food estate mereka justru mengalami kerugian. Sebab hasil panen menurun dengan angka di bawah satu ton, sebagian kelompok tani ada yang mendapatkan hasil satu hingga dua ton, tetapi jarang yang menyentuh angka 3-4 ton per hektarnya.
Bahkan, yang lebih parah lagi, beberapa petani mengaku mengalami “zonk” atau sama sekali tidak mendapatkan hasil. Mereka mengaku bulir-bulir padi mereka kosong, padahal sejak awal mereka telah mengikuri anjuran pemerintah. Mulai dari jenis bibit yang dipakai, sisitem penanaman, hingga pupuk yang digunakan. Alhasil petani merugi, sementara tidak ada sistem penggantian rugi yang jelas dari pemerintah tentang gagal panen ini. Malahan, pemerintah mati-matian membantah berita-berita media tentang kegagalan program ini pada petani di Belanti Siam, baik dari pemerintah lokal hingga nasional.

Berikut adalah video pendek dengan Judul Mimpi dan Relita Food Estate Kalteng, dibuat oleh tim Save Our Borneo :



Tidak ada komentar:

Anda peduli upaya penyelamatan Hak Rakyat dan Hutan Kalimantan? silahkan berikan donasi anda

www.paypal.me/SafrudinM